Dulu disebut Merambah,Sekarang Penyelamat Hutan
Kawasan Hutan HKM Jaya Lestari,Desa Manangah Jaya,Kec.Banjid Man
BCC.Studi Banding yang
dilakukan oleh pengelola Hutan Desa dan Hutan Kemasyarakatan Kalimantan
Barat ke Provinsi Lampung yang difasilitasi oleh BP DAS Kapuas
Kalimantan Barat,pada 2 Desember-8 Desember 2012. Beberapa tempat
kunjungan dilakukan di Hutan Jaya Lestari Desa Manangah jaya.Kec.Banjid
Kab.Way Kanan dan.Bina Wana Desa Tri Budi Syukur Kec. Sumber Jaya,Kab.
Lampung Barat.
Dalam
kunjungan tersebut terlihat,bahwa kesempat yang diberikan oleh
pemerintah pada masyarakat sekitar hutan terutama kawasan lindung, telah
memberi mamfaat kepada masyarakat disekitar hutan,baik ekonomi,ekologis
dan sosial.
Hutan
Kemasyarakatan Jaya Lestari Desa Menanga Jaya,Kec. Banjit,Kab. Way
Kanan,masyarakatnya telah mengelola HKM dikawasan Hutan Lindung dengan
menam-nanam berbagai jenis tanaman,seperti kopi,karet,mahoni,sengon dan
lain-lain.
Mukafi
Ketua Kelompok Hutan Kemasyarakatan Jaya Lestari Desa Menanga Jaya,
dulunya kawasan hutan, disebabkan oleh penembangan yang dilakukan oleh
masyarakat beberapa daerah.
“Setelah
ada izin Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan, masyarakat disini membuat
kelompok tani untuk mengelolaan kawasan ini terutama yang dapat
menghasilkan secara ekonomi seperti Kopi dan Karet,”Kata Mukafi.
Mukafi
menambahkan,selain menam tanaman yang cepat menghasilkan, masyarakat
disini juga menanam tanaman hutan seperti mahoni,afrika dan lain.
“Sekarang
Hutan Kemasyarakatan daerah kami telah menghasilkan, dalam sebulan
kelompok kami bisa menghasilkan 8 ton/minggu, kalau harga perkilonya
10.000,-,kelompok kami bisa menghasilkan sekitarRp.
80,000.000,-/minggu, selain kopi,”Kata Mukafi.
Menurut
mukafi,dulu kami dalam mengelola hutan sering disebut perambah dan
perusak. Tetapi sekarang kami dikenal penyelamat hutan,hutan dikawasan
ini sudah hijau kembali.
Dari
pantau jurnalis BCC yang turut serta dalam kegiatan tersebut, memang
kawasan tersebut telah ditumbuhi berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang
siap panen,kopi mulai berbuah. Sementara karet sudah menghasilkan.
Hutan
di kawasan Desa Menanga Jaya,Kec.Banjid,selain memamfaatkan hasil
hutan non kayunya,masyarakat memamfaatkan airnya sebagai mikro hidro
listrik untuk menerangi perumahan warga setempat.
Sementara,di
kawasan Hutan Kemasyarakatan(HKM) Bina Wana Desa Tri Budi Syukur Kec.
Sumber Jaya,Kab. Lampung Barat,Engkos Kosasi Ketua HKM Bina Wana(5/12)
Mengatakan,”Dulunya masyarakat kampung ini sering kejar-kejar oleh
Berimob dan Pasukan Gajah,karena kami dianggap merambah kawasan lingdung
kawasan ini,padahal dari dulu orang tua kami sudah tinggal dikawasan
ini,”.
HKM
Bina Wana terdapat di Kawasan Hutan Lindung,setelah ada peraturan
pemerintah tentang hutan kemasyarakatan. Masyarakat mengurus perizinan
HKM ke menterian kehutanan. Sekarang sudah medapat izin mengelola
kawasan hutan lindung.
Kelompok
Tani HKM Bina Wana yang diketuai Engkos Kosasih mereka menanam,berbagai
jenis tanaman seperti kopi,karet,paneli,aren,sengon,meranti,afrika dan
lain-lain.
Menurut
Engkos Kosasi,kawasan disini dulunya memang sudah rusak,karena maraknya
penebangan yang dilakukan bukan hanya warga disini,tapi dari luar juga
melakukan perambahan kawasan ini. Sehingga benar-benar gundul kawasan
ini.
“Bahkan
kami beberapa kali sempat menangkap mobil aparat digunakan untuk
mengakut kayu illegal,kami sempat demo ke Kabupaten namun hasilnya
nihil,penebangan masih tetap marak,”Kata Engkos Kosasi.
Ia
menjelaskan,setelah ada kebijakan masyarakat mengelola kawasan hutan
disini,terutama hutan kemasyarakatan kami mulai mengurus surat
izinya,sampailah kami mendapat ijin kelolanya selama 35 tahun.
Sekarang
masyarakat sudah merasakan mamfaatnya dari pengelolaan hutan
kemasyarakatan di Kawasan Hutan Lindung ini,seperti
kopi,gula,karen,pisang,paneli.
“Selain
kawasan hutan ini hijau kembali,sekarang kami dapat merasakan mamfaat
ekonominya,satu warga bisa menghasilkan sekitar 70 juta/KK, belum hasil
dari karet,paneli,pisan dan aren,dulu kami dituduh sebagai perambah,tapi
sekarang kami disebut penyelamat huta,”Kata Engkos.
Menurut
Yaya Suryani ketua Kelompok Wanita Tani Melati HKM Bina Wana,dulu
penghidupan kami sulit,karena sulit konplik dengan pemerintah yang
mengelola kawasan hutan lindung di register Desa Tri Budi Syukur.
“Kami
sekarang sudah tenang dapat mengelola kawasan hutan sekitar kampung
kami,kami sekarang merasa memiliki,kalau dulu suami kami sering
dikejar-kejar oleh aparat karena dianggap perambah,sekarang kami disebut
penyelamat kawasan hutan ini,”Kata Suryani.
Kelompok
Wanita Tani Melati,memamfaatkan hasil hutan non kayu dikawasan hutan
kemasyarakatn,seperti gula aren,kopi,pisang,madu dan lain. Kelompok yang
semuanya perempuan tersebut juga ikut menanam kawasan hutan yang rusak
dari mulai penyemain,penanaman dan pemeliharaan.
“Kami
sudah merasakan mamfaatnya,kelompok kami dalam sebulanya bisa
menghasilkan sekitar 10 juta rupiah-15 juta rupiah,”Kata Yaya Suryani. Man
Diposting : Deman
Copyright © LPSAIR 2012
0 komentar :
Post a Comment