Breaking News
Loading...
2013-01-30

Dua Hari Mengintai Burung Ibis di Habitatnya


1359524347853008206
Beberapa lalu (24-26 Januari 2013), BSYOK (Birding Society Of Ketapang) bersama Ketapang Biodiversity Keeping (KBK) komunitas pengamat burung Ketapang, berkesempatan berpartisipasi dalam Asian Waterbirds Census (AWC) 2013. Kami melakukan pengamatan dan pendataan jenis burung-burung migrasi diprediksi hadir di perairan Kalimantan sampai 24 januari ini.
Seperti diketahui, burung-burung air bermigrasi, telah meninggalkan tempat berkembangbiak di akhir Agustus setiap tahunnya. Mereka mencari ketersedian pakan dan suhu yang lebih hangat dan akan kembali lagi ke tempat berbiak pada April-Mei.
Diantara burung-burung air yang bermigrasi, terdapat juga jenis burung resident (penetap-red). Burung jenis ini tentunya hadir sepanjang tahun, sehingga sangat mudah untuk diamati. Namun demikian, beberapa jenis penetap  merupakan burung yang langka secara lokal, walau sebarannya cukup luas di seluruh dunia.
Selain mengamati burung migrasi, team juga melakukan klarifikasi mengenai keberadaan Ibis karena berbagai pertimbangan antara lain karakter habitat, kemungkinan pertemuan arus jalur migrasi. Dengan demikian, kita melakukan perjalanan dari ketapang memerlukan waktu 5 jam perjalanan, menuju lokasi.
Membutuhkan waktu dua hari untuk mengintai burung yang ditunggu-tunggu. Berbekal air minum, makanan, snack dan yang pasti perlengkapan pengamatan. Jarak intai kami pada obyek burung kurang lebih 100 meter, bersembunyi dalam semak, menunggu setengah jam dan selanjutnya waktu tiba untuk berjumpa dangan ibis, saat itu ibis berbaur dengan kelompok Bangau (Ardeidae) sedang mencari makan pagi hari.
Burung Ibis, dalam Bahasa Indonesia disebut dengan Ibis rokoroko, sebaran secara lokalnya hanya di pulau Jawa, dan populasi yang tersisa tinggal sedikit di Pulau Dua. Burung ini masih berstatus resiko rendah dalam daftar merah IUCN (LC), akan tetapi burung ini sangat langka secara lokal. Hal tersebut bisa kita ukur dalam volume perjumpaan. “Semakin jarang satu jenis dijumpai menunjukan semakin jarang pula populasi yang ada, walau di beberapa negara jenis ini merupakan jenis yang umum”, tambah Petrus Yopri dari BSYOK.
13595250031458512318
Jenis Ibis yang memiliki warna bulu mengkilap, gelap dan paruhnya khas yang melengkung, burung ini merupakan burung yang langka secara lokal, menurut catatan dalam buku panduan Pengamatan Burung Sunda Besar, bahwa jenis ini terakhir terlihat di Kalimantan Selatan pada tahun1851. “Dan kami pikir ini merupakan penemuan hebat untuk Kalimantan!”, tegas Frans Jephi dari BSYOK.
Menurut Erik Sulidra, yang juga dari BSYOK mengatakan, hal yang paling menarik pada pengamatan kali ini adalah kami bisa mengamati seekor burung “Glossy Ibis” atau nama ilmiahnya dikenal sebagai Plegadis falcinellus. Merupakan keberuntungan luar biasa, karena selama pengamatan baru terlihat kali ini.
1359524913817279607
Menariknya, Ibis termasuk tersebar di seluruh dunia, namun langka secara lokal. List lainnya dari jenis lainnya yang ditemukan saat pengamatan adalah Cerek-kalung kecil (Charadrius dubius), Trinil-lumpur asia (Limnodromus semipalmatus), Biru-laut ekor-hitam (Limosa limosa) dan Gagang-bayam timur (Himantopus leucocephalus).
Abdurahman menambahkan, bahwa kita mesti merasa bersyukur, Ketapang masih memiliki alam yang bagus sebagai sumber pakan bagi burung-burung air, walau di beberapa tempat mengalami degradasi. Hal ini sangat penting sebagai penunjang kehidupan satwa, kelestarian, dan menjadi kebanggaan kita bersama. Pengamatan yang dilakukan kali ini sebagai data untuk mengetahui dan mengidentifikasi jenis-jenis burung apa saja yang masih bertahan di Ketapang selama musim migrasi, jelas Abdurahman Al Qadrie, Ketua KBK. Pengamatan tersebut diikuti oleh 4 orang peserta pengamatan.
By : Petrus Kanisius-”Pit”, Yayasan Palung

0 komentar :

Post a Comment

Back To Top