Breaking News
Loading...
2013-04-15

Adat, Hutan, Lingkungan dan Manusia : Satu Kesatuan Tidak Dapat Terpisahkan

Jurnalistik Petrus Kanisius


Adat dan lingkungan dalam tananan kehidupan manusia merupakan salah satu unsur yang tidak dapat dihilangkan begitu saja didalam tatanan kehidupan manusia. Adat, hutan, lingkungan dan manusianya terlihat jelas pada masyarakat yang tinggal di sekitar hutan itu sendiri. Secara khusus masyarakat di Pedalaman Kalimantan, di Pedalaman Sumatera dan daerah-daerah lainnya yang masih kental dengan hal ini. Adat tradisi dapat menunjukkan identitas diri terhadap sesamanya, lingkungan dengan manusia dan makhluk hidup dapat beradab dan berkembang biak secara baik. Perhatian akan pentingnya lingkungan dan adat tradisi merupakan hal yang paling utama dan sangat beralasan, dari kedua hal ini kehidupan kita ditentuukan baik pada saat ini maupun dimasa yang akan datang. Inti dari semua ini adalah bagaimana menghargai adat dan tradisi serta lingkungan hidup sebagai pesan yang berkelanjutan dengan demikian budaya dan lingkungan kita tetap lestari selama-lamanya.

Eksistensi Masyarakat dengan Budaya

Sebuah kampung yang jauh dari riuh dan gegap gempita keramaian menjadi penanda Kehidupan mereka sangat terpusat terhadap keseharian mereka dalam menjalankan kebiasaan, tak terkecuali adat dan tradisi menjadi daya tarik budaya yang tidak renta dimakan usia. Kemerdekaan masyarakat akan budaya ini terlihat dari rutinitas masyarakat yang hendak memulai berladang, kegiatan kampung seperti kebersamaan melalui gotong royong masyarakat, seperti membersihkan kampung dari segala penyakit dan sampar mereka sebut acara babantant, tidak hanya itu kemandirian dan kepatuhan mereka terhadap budaya tercermin dari sikap dan perilaku mereka pada saat berinteraksi. Lumbung padi berupa jurung, dan sandung terlihat menjulang berdiri diantara perkuburan yang lainnya. Penghargaan terhadap budaya begitu memberi makna, suguhan dari karakter masyarakat begitu menyatu dan terlihat dengan banyaknya berbagai kegiatan berbau budaya dan tradisi yang hingga kini mereka pertahankan.

Kehidupan masyarakat yang tidak bisa lepas dari adat dan budaya mereka sebagai harapan dan keyakinan akan hidup terus berlanjut asal dengan kata, budaya harus tetap ada. Masyarakat kampung memang sangat nampak dengan jelas untuk memperhatian secara khusus mereka curahkan terhadap budaya mereka dengan budaya dimana mereka berpijak. Kehidupan masyarakat sering beriring dan terus melihat arti adat dan tradisi yang berkaitan dengan budaya. Bagi masyarakat lokal adat dan budaya menjadi simbol kekuatan dalam peran mereka terhadap alam semesta dan jagat raya. Kolaborasi ibarat pemain dan pelatih dalam sebuah tim menjadi satu terlihat mana kala hidup mereka terus di tantang menjadi pertama untuk patuh terhadap budaya yang mereka miliki terhadap perkembangan modernisasi. Aturan dan pantangan membuat masyarakat sadar akan kepedulian dan kebersamaan mereka.

Pepatah kampung setempat mengatakan hidup dikandung adat dan matipun dikandung adat, merupakan perumpamaan yang mana masyarakat masih berpegang teguh pada adat dan tradisi. Kehidupan nyata tak kala masyarakat selalu berhadapan dengan situasi tanah dan air menjadi urat nadi Kehidupan. Kesetiaan dan penghargaan terhadap alam begitu di perhatikan. Adat dan tradisi hadir disetiap sendi keseharian masyarakat, Kehidupan sederhana dan selalu setia terhadap sesama menjadi bukti kecintaan dan kebersamaan mereka. Bukti nyata ini terlihat tak kala setiap ada acara atau kegiatan baik acara suka maupun duka, seluruh masyarakat selalu memiliki rasa untuk membantu.

Budaya sebagai lambang hidup sudah menjadi darah daging bagi mereka, mereka tidak ingin semuanya luntur ditelan jaman. Budaya masyarakat berkebun karet menjadi contoh nyata, Kehidupan masyarakat masih dan sangat tergantung degan hasil karet dan menghargai lingkungan sekitar mereka. Hampir dari semua masyarakat masih menyadap karet. Penghasilan yang tidak terlalu besar namun cukup untuk biaya makan dan biaya sekolah memberi arti tersendiri bagi petani. Kesinambungan hidup mereka tidak terlepas dari berbagai persoalan hidup. Persoalan hidup ini erat kaitnya dengan interaksi dengan sesama, hubungan masyarakat dengan lingkungan. Ritual atau ritus dalam masyarakat memiliki kesinambungan yang berkelanjutan dimana budaya dalam hal ini interaksi manusia sebagai makhluk yang memiliki akal memiliki andil dalam menentukan hidup. Hutan sebagai sumber hidup dan tradisi menjadi penyeimbang dalam Kehidupan menjadikan hal ini tidak dapat dipisahkan.

Keprihatinan dan kesempatan menjadi warna tak kala budaya membaur dan menjadi realita nyata Kehidupan. Budaya yang masih begitu kental dengan semangat kebersamaan. Rona Kehidupan dalam rangkaian seirama dengan tindakan menjadi tanda bahwa budaya adalah nafas hidup masyarakat pedalaman. Hidup di kandung adat mati di kandung adat patut mendapat apresiasi oleh siapa saja. Ini menyangkut harga diri budaya atau masyarakat. Kedekatan budaya seakan menjadi bumbu dalam setiap untaian syukur setiap memulai dan mengakhiri segala kegiatan.

Karet Sumber Hidup

Seiring dengan perkembangan, masyarakat pedalaman (mereka petani karet) di Kalimantan Barat para petani terus berjuang mempertahankan eksistensinya. Mereka ingin merasakan keadilan, karena ada sebuah kesenjangan diantara para petani padahal secara kerja sudah tersedia lahan atau kebun mereka. Yang mengharukan bagi mereka adalah keberpihakan harga terkadang memberatkan mereka. Di tingkat harga masih ada yang sengaja memainkan harga, secara khusus adalah pengusaha. Untuk sementara ini petani karet agak puas dengan adanya harga yang mulai berpihak.
Sebagian besar petani menggantungkan hidup mereka kepada hasil karet. Seperti saat ini harga karet di pasar dunia melambung tinggi, demikian juga harganya di tingkat lokal. Menurut pendangan para petani karet, dengan adanya sedikit peningkatn harga itu sangat membantu untuk pemenuhan kebutuhan hidup mereka. Biasanya hasil dari penjualan karet digunakan untuk biaya pendidikan anak-anak melanjut ke tingkat SMU dan Perguruan Tinggi. Seperti saya alami, semasa kuliah sampai saat ini orangtua sangat tergantung dengan pertanian karet. Dari sekian banyak orang di kampung saya sebagian besarnya sebagai petani. Ada beberapa poin penting bagi petani karet untuk menyongsong masa depan yang lebih baik. Pertama, secara global masyarakat di daerah pedalaman sebagai salah satu penghasil karet terbesar, karena secara keseluruhan mereka sangat mengarapkan ada perbaikan di tingkat mereka khususnya tarap hidup.
Tarap hidup masyarakat di derah pedalaman kalbar, lebih khusus masyarakat Kabupaten Ketapang sangat membutuhkan perhatian dari berbagai pihak, dengan ansumsi dibutuhkan agen perubahan bagi mereka yang selama ini jarang atau bahkan tidak memperhatikan karet. Seperempat dari wilayah di Kabupaten Ketapang adalah kebun petani karet dan sisanya adalah lahan untuk berladang atau dapat diartikan sebagai petani padi. Dengan mengacu pada harga karet sekarang, mereka secara langsung dapat bertahan dengan semakin meningkatnya kebutuhan hidup. Kedua, sebagai lahan yang ramah lingkungan, karet merupakan lahan yang dapat dikembangkan tanpa merusak lahan atau pencemaran lingkungan. Petani karet pada umumnya adalah mereka yang mengerti dan paham dalam bercocok tanam. Segala kebutuhan memberi harapan yang baik bagi lingkungan dimasa mendatang, mereka ikut menjaga lingkungan sekitar.
Ketiga, dengan peningkatan harga karet paling tidak mampu memberikan imbal balik kepada peningkatan perekonomian masyarakat di daerah.

Peningkatan tarap hidup khususnya para petani memang selayaknya perlu untuk mendapat dukungan dari berbagai pihak. Selain itu juga petani karet memberikan arti penting bagi petani lain untuk terus semangat dan terus berjuang di era ekonomi sekarang yang tidak menentu. Sebagai catatan kita semua, sumber pendapatan terbesar dari masyarakat pedalaman di Kabupaten Ketapang adalah petani karet.
Perjuangan mereka perlu adanya suatu pengelolaan dan kebijakan nyata yang baik, untuk sementara ini Pemerintah daerah sudah mengarah ke ranah masyarakat khususnya petani karet.
Alam dan Masyarakat
Alam semesta, memiliki arti tersendiri bagi kehidupan masyarakat kita, khususnya masyarakat pedalamaman. Alam ibarat seorang ibu yang selalu mendampingi dan menyertai kehidupan masyarakatnya, alam selalu menyertai, setiap tradisi begitu menyatu dengan pola kehidupan. Keselarasan menjadi bukti atau tanda nyata setiap rangkaian kebutuhan sehari-hari. Alam masih sebagai tanda untuk berbagi. Rindangnya pepohonan sebagai rona dan pelengkap dalam proses hidup membaur dan berdampingan. Bukti terciptanya keselarasan. Pembentukan berdasarkan kisah nyata, langkah dan kehidupan seakan tumbuh selaras.
Selama berabad-abad, hubungan antara masyarakat adat dan lingkungannya telah terkikis dengan hilangnya kepemilikan wilayah atau dipaksa pindah dari wilayah tradisional dan lokasi-lokasi penting mereka. Hak tanah, tata guna lahan dan pengelolaan sumberdaya tetap merupakan masalah-masalah kritis bagi masyarakat adat di seluruh dunia. Proyek-proyek pembangunan, penambangan, kegiatan kegiatan kehutanan dan program-program pertanian terus-menerus menyingkirkan masyarakat adat. Kerusakan lingkungan yang terjadi sangat besar: tumbuh-tumbuhan dan berbagai jenis satwa menjadi punah atau terancam punah, ekosistem-ekosistem unik telah hancur, sungai dan tangkapan air lainya telah terpolusi berat. Berbagai varietas tanaman-tanaman komersil telah menggantikan varietas-varietas lokal yang digunakan dalam sistem pertanian tradisional, yang mengakibatkan peningkatan metode pertanian industrial.

Momen penting dalam perjuangan hak-hak masyarakat adat yang terkait dengan lingkungan terlihat jelas dalam Konferensi PBB Mengenai Lingkungan dan Pembangunan (Konferensi Tingkat Tinggi Bumi atau sering disebut KTT Bumi) yang diselenggarakan di Brazil pada 1992. Sejumlah instrumen hukum disahkan dalam KTT Bumi tersebut, antara lain Deklarasi Rio, Agenda 21 dan Konvensi Keanekaragaman Hayati, yang menjadi standar hukum internasional untuk melindungi hak-hak masyarakat adat atas pengetahuan dan praktek-praktek tradisional yang mereka miiliki di wilayah-wilayah pengelolaan lingkungan dan konservasi (dalam Lembar 10 Masyarakat Adat dan Lingkungan hal 1-2). Poin penting dari hasil pertemuan tersebut adalah saat ini kita memiliki kerangka hukum internasional yang mengakui hubungan khusus yang dimiliki oleh masyarakat adat dengan wilayah tradisionalnya.

Penghargaan Masyarakat Terhadap Adat dan Lingkungan; secara jelas bahwa hak-hak warisan leluhur masyarakat adat harus diakui untuk menempati, memiliki dan mengelola wilayah tradisional dan teritorinya semakin bertambah banyak. Banyak negara juga telah membentuk Kementerian Lingkungan dan menyusun Pernyataan dan Strategi Strategi Kebijakan Lingkungan Skala Nasional. Meskipun beberapa pemerintah saat ini telah melakukan konsultasi dengan masyarakat adat menyangkut masalah kepemilikan tanah dan lingkungan, banyak juga pemerintah yang belum membuat peraturan hukum dan kebijakan yang memungkinkan masyarakat adat mengklaim tanah-tanah adat atau mempromosikan partisipasi masyarakat adat dan ancaman hutan saat ini.

Pada tatanan masyarakat kita (khususnya di Masyarakat Pedalaman yang bersentuhan langsung dengan hutan atau mereka yang tinggal dan hidup memilihara dan menjaga hutan), hubungan erat antara lingkungan dan budaya menyangkut masyarakat adat sangat jelas terlihat, seperti misalnya pengargaan masyarakat terhadap tradisi berkaitan dengan berladang. Pada tahapan berladang ini sangat jelas terlihat bahwa adat dan tradisi begitu sangat dijunjung tinggi. Setiap memulai dan mengahkiri kegiatan selalu memakai simbol-simbol adat dan tradisi adat sebagai patokan penghargaan terhadap budaya (adat dan tradisi) dan lingkungan.

Masyarakat adat sangat menghargai lingkungan dan budaya dalam kehidupan mereka sehari-hari berkaitan kebiasaan dan rutinitas. Penghargaan terhadap lingkungan (alam atau hutan) dan tentunya sangat berkaitan. Kedua, Lingkungan dan budaya tidak dapat dipisahkan dari masyarakat Dayak. Mengapa dikatakan demikian, salah satu alasan sudah barang tentu adalah peran lingkungan dan budaya sangat besar dalam kehidupan dan keberlangsungan hidup masyarakat. Ketiga, Penghargaan terhadap lingkungan dan budaya terlihat dari antusias masyarakat adat yang selalu mengadakan tradisi tahunan seperti Gawai Adat Dayak, Naik Dango, Nyapat Taun’t, Babantant (membersihkan kampung dari segala sakit dan penyakit) dan banyak lagi kegiatan lainnya.

Simbol penghargaan terhadap lingkungkan (alam atau hutan) dan budaya sebagai nafas hidup tempat berpijak dan sebagai tindakan nyata di tengah ancaman, himpitan dan perjuangan hidup mereka saat ini. Kondisi lingkungan semakin memprihatinkan alam dan lingkungan semakin rusak, budaya semakin terkikis oleh perkembangan jaman. Harapan satu-satunya adalah tinggal bagaimana kita semua dan bersama untuk selalu menjunjung tinggi nilai budaya dan selalu tanggap. Sebelum terlambat berbuatlah sekecil apapun itu, lingkungan dan budaya akan menghargai kita apabila kita juga menghormati mereka.

By : Petrus Kanisius "Pit"-Yayasan Palung, Ketapang Kalbar.

0 komentar :

Post a Comment

Back To Top