2025 Dipastikan Terjadi Krisis Air
Air Sungai Remantang Laur Kab.Ketapang Kal-Bar mulai tercemari. Yds
Pontianak, BCC ---- Sekretaris
Jenderal Kementrian Dalam Negeri, Diah Anggraeni, mengatakan peningkatan
laju pertumbuhan ekonomi tidak dibarengi dengan peningkatan daya dukung
lingkungan.
"Pada
2025 dipastikan terjadi krisis air karena sulit didapat air bersih
untuk minum. Perubahan iklim yang ekstrim akan mulai terasa akibat dari
ketidakseimbangan lingkungan," ungkap Diah Anggraeni, dalam rapat
regional pengelolaan lingkungan hidup daerah wilayah barat Indonesia di
hotel Kapuas Palace Pontianak.
Diah
mengatakan, memakin berkurangannya kekayaan hayati dan punahnya
beberapa ekosistem serta spesies tertentu yang pada akhirnya akan
berimbas pada kepunahan manusia sendiri.
"Dan
hasil pemeringkatan yang dilakukan oleh Kementrian Lingkungan Hidup,
indeks kualitas lingkungan hidup di Indonesia baru mencapai 61,07 persen
pada 2010, masih dibawah indeks kualitas lingkungan hidup dunia yang
mencapai 80-90 persen pada 2010," kata Diah.
Untuk
mengejar ketertinggalan itu, menurut Diah Anggraeni, pemerintah telah
mengeluarkan berbagai kebijakan terkait dengan lingkungan hidup baik
peraturan perundangan-undangan maupun peraturan lainnya.
"Pengendalian
lingkungan hidup merupakan urusan wajib yang menjadi kewenangan
pemerintah daerah provinsi,dan kabupaten/kota," kata dia.
Sementara
itu, menurut Wakil Gubernur Kalimantan Barat, Christiandy Sanjaya,
masalah lingkungan dan ancaman perubahan iklim serta dampaknya tidak
hanya menjadi tugas pemprov, Indonesia, atau ASEAN.
"Pembangunan memang harus ramah lingkungan. Pembangunan itu merupakan pembangunan berkelanjutan dan ramah lingkungan," kata dia.
"Pembangunan
itu harus memperhatikan tiga aspek yakni sosial, ekonomi dan ekologi.
Dan semoga setiap pembangunan tidak merusak lingkungan. Nantinya kita
akan mewarisi lingkugan ini," tegasnya.
Ihwal
krisis air, juga pembangunan berwawasan lingkungan atau pembangunan
berkelanjutan, sebenarnya sudah cukup lama diungkapkan. Dalam Forum Air
Dunia II (World Water Forum) di Den Haag, Maret, 2000, misaslnya,
disebutkan bahwa Indonesia termasuk salah satu negara yang akan
mengalami krisis air pada 2025.
Namun,
langkah-langkah antisipasi ke arah perbaikan lingkungan rupanya belum
membuahkan hasil signifikan. Tak hanya kasus kekeringan yang terasa kian
membuncah. Tapi, juga kasus bencana lingkungan seperti banjir dan
longsor semakin mengemuka.
Padalah,
penyebab dari semua bencana itu tak lepas dari manajemen air.
Sementara, pertambahan penduduk dan pertumbuhan ekonomi telah
meningkatkan kebutuhan air baik dalam hal jumlah maupun kualitas.
Walhasil kesadaran akan krisis air pada 2025 itu tak ubahnya semata
buih. Hanya wacana. (amp)
Diposting : Admin
Copyright © LPSAIR 2012
0 komentar :
Post a Comment