Mengolah Produk Tikar Pandan Menjadi Barang Aksesoris Cantik
Salah satu hasil kreasi barang cantik dari anyaman tikar. doc. Yayasan Palung |
Kayong UtaraKerajinan hasil hutan bukan kayu (HHBK) merupakan sebuah bentuk dari keterampilan masyarakat dengan memanfaatkan hasil hutan dan mengolahnya tanpa merusak hutan. Tanaman hutan tersebut berupa pandan, nipah, keladi air dan bambu yang selanjutnya diolah menjadi beraneka macam anyaman tikar, Lekar, topi, kursi dan meja. Kerajinan HHBK tersebut digeluti perempuan dan ada juga laki-laki. Ternyata mereka mengolahnya barang tersebut menjadi barang-barang cantik. Para pengrajin tersebut berasal dari Tanah Kayong, lebih tepatnya di Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat.
Sebagai
salah bentuk satu perhatian Yayasan Palung kepada masyarakat khususnya
bagi para pengrajin, bulan lalu (23-26/5/2013), diadakan pelatihan
pengembangan produk tikar pandan untuk dijadikan barang-barang asesoris
cantik dengan berbagai kreasi hasil produk yang dihasilkan. Pelatihan
yang dilaksanakan selama 4 hari tersebut diperuntukan bagi 4 desa
dampingan Yayasan Palung yang memiliki kelompok pengrajin tikar pandan
atau kelompok pengrajin hasil hutan bukan kayu (HHBK). Kegiatan
pelatihan tersebut dilaksanakan di Kantor Yayasan Palung, Bentangor
Pampang Center, di Desa Pampang Harapan, Kabupaten Kayong Utara.
Kegiatan
pelatihan pengembangan produk tikar pandan menjadi barang asesoris
cantik dan bermanfaat ini diikuti oleh semua pengrajin tikar pandan,
kelompok dampingan Yayasan Palung di KKU. Pelatihan pengembangan Produk
tikar pandan ini diikuti oleh 20 peserta dari masing-masing kelompok
pengrajin.
Sedangkan
desa dampingan kelompok pengrajin tikar pandan seperti; desa Desa
Sejahtera, Sukadana dengan nama kelompok pengrajin, Karya Sejahtera.
Desa Pangkalan Buton, Sukadana, dengan nama kelompok pengrajin Peramas
Indah. Desa Harapan Mulia, Sukadana, dengan nama Anugerah. Desa Batu
Barat, Simpang Hilir, dengan nama Harapan Desa.
Peserta
pelatihan mengkreasikan anyaman menjadi produk anyaman seperti, wadah
tissue, keranjang buah, alas buku, dompet dan berbagai aksesoris lainnya
seperti souvenir (gantungan kunci). Dalam mengkreasikan barang-barang
anyaman tikar pandan untuk di kembangkan menjadi bermanfaat. Para
pengrajin terlebih dahulu menganyam pandan tersebut, setelah dianyam
dikreasikan lagi dengan menggunakan alat-alat pendukung untuk dijadikan
barang-barang aksesoris.
Adapun
alat-alat pendukung yang digunakan seperti; lem, gunting, karton, kain,
busa, aksesoris lokal seperti kancing dari kelapa, pita, jarum dan
benang atau dengan kata lain alat-alat menggunanakan peralatan dan
perlengkapan yang tersedia secara lokal di Ketapang dan KKU untuk
membuat dan memproduksi dengan pengembangan produk tikar pandan.
Sebagai
pelatih dalam kegiatan pengembangan produk tikar pandan bapak Darwani
dan ibu Ida, mereka berdua ahli dalam menganyam sehingga mampu
menularkankan pada anggota kelompoknya. Selain itu juga, Ibu Ida
sekaligus sebagai ketua pengrajin HHBK di Kayong Utara.
Menurut
F. Wendi Tamariska, selaku pendamping kelompok pengrajin HHBK dari
Yayasan Palung, mengatakan; Segmentasi pasar atau sasaran pasar dari
pengembangan produk tikar pandan ini adalah industri perhotelan, acara
resmi seperti seminar nasional atau pertemuan daerah, dan acara-acara
lokal seperti pernikahan, dan lain sebagainya. Lebih lanjut Wendi
berharap, mudah-mudahan semua pihak memiliki perhatian dengan berbagai
potensi HHBK ini, dengan demikian masyarakat dapat berdaya dan
berkelanjutan dengan apa yang mereka ciptakan. Semoga saja…
By : Petrus Kanisius “Pit”- Yayasan Palung.
0 komentar :
Post a Comment