Breaking News
Loading...
2013-06-18

Pengelolaan Madu Hutan Berbasis Periau


Ilustrasi Lebah Madu di Taman Nasional Danau Sentarum Loren

Kapuas Hulu,Produksi Madu Hutan di Kabupaten Kapuas Hulu sudah sejak lama menjadi salah satu sumber mata pencaharian dan menjadi penyangga perekonomian bagi kehidupan masyarakat terutama masyarakat yang berada di didalam dan sekitar danau.

“Produksi madu hutan ini didukung oleh kondisi dan lingkungan yang baik sebagai penyedia pakan lebah, mengandung nektar dan polen dari sari bunga, serta periode berbunga dari berbagai jenis pohon dan tumbuhan riparian yang ada,”kata Eko Salah Satu Peserta Workshop Pengelolaan Madu Hutan Berbasis Periau Sebagai Upaya Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat  di Kabupaten Kapuas Hulu(14/6).

Eko menjelaskan, Jenis lebah yang berkembang di wilayah perairan Kapuas Hulu merupakan lebah hutan jenis Apis dorsata, dengan sistem bersarang alami yang dikenal dengan nama “TIKUNG” yang merupakan modifikasi sebuah bentuk sarang buatan sebagai rekayasa sederhana masyarakat sebagai tempat lebah bersarang dan dikenal dengan nama “LALAU” dan “REPAK” untuk lebah yang bersarang di pohon.

Perkembangan pendampingan/pemberdayaan masyarakat untuk pengelolaan madu hutan telah dilakukan oleh lembaga non pemerintah LSM/NGO baik melalui proyek-proyek atau riset dari luar negeri maupun lembaga lokal yang bekerjasama dengan masyarakat lokal terutama untuk daerah Taman Nasional Danau Sentarum dan danau-danau lindung atau yang dilindungi masyarakat yang memiliki arti tersendiri terkait pengelolaan madu hutan yang mulai dari pembinaan poroduksi hingga, teknologi panen hingga pasca panen.

“Informasi terkini banyak kenyataan bahwa madu hutan ini ternyata tidak saja di produksi dari kawasan Danau Sentarum, tetapi tepian sepanjang sungai Kapuas. Berdasarkan data yang terkumpul diperkirakan panen madu hutan untuk periode Nopember 2012 sampai April 2013 lebih kurang mencapai 80 Ton (data dikumpul oleh Pokja Madu dari berbagai sumber), sementara Kawasan TNDS sendiri berkontribusi panen mencapai hampir 40 ton atau setara 50% dari jumlah total tersebut,”jelas Eko Koordinator FFI Kapuas Hulu.

Eko menerangkan,Produksi madu yang besar ini tentunya perlu dilakukan pengelolaan secara terencana agar memberikan manfaat peningkatan dan perbaikan perekonomian terutama bagi masyarakat setempat dan daerah sekitarnya.

Disela-sela workshop peserta Workshop bertemu Bupati Kabupaten Kapuas Hulu,” Bupati berkomitmen untuk merealisasikan persyaratan itu selain itu juga diinternal Pemkab, Bupati berkomitmen untuk mengalokasikan pembiayaan APBD pengelolaan Madu,” kata Eko.

Eko mejelaskan, akan ada sentra pengembangan madu yang akan disuport Kementrian Kehutanan, rancangan dari Pokja Madu akan mencoba membangun minimal enam sentra madu diwilayah Kapuas Hulu, dua diantaranya berada di TNDS yaitu APDS dan yg tidak masuk APDS, kemudian Wilayah Jongkong, kemudian Kecamatan Bunut memungkinkan untuk dua Sentra (juga berpeluang untuk digabung) yaitu di Jalur Kapuas dan jalur Sungai Bunut,  terakhir berpusat di Nanga Embaloh yang mengcover wilayah Kec. Embaloh Hilir, Embaloh Hulu, Bika dan sekitarnya.

“Selain itu,akan didorong adanya penetapan comudity madu sebagai comudity unggulan dengan SK Bupati, sebagai prasarat dukungan kementrian,”terang Eko.


Diposting : Admin
Copyright © LPSAIR 2012

0 komentar :

Post a Comment

Back To Top