Nilai Etika Sosial Ramadan Meldi - Suara Komunitas
Marhaban Ya Ramadan.
Menjelang bulan Ramadan, kegiatan pencerahan spiritual akan meluber di masjid dan langgar. Haus spiritual menjadi tanda masyarakat membutuhkan keseimbangan antara materi dan rohani. Ini juga menjadi tanda bahwa masyarakat masih mempunyai mekanisme siklus untuk membersihkan dirinya dari sesuatu yang materi atau duniawi. Sehingga untuk kebutuhan itu, sebenarnya etika sosial bisa hadir dalam relung hati masyarakat.
Ajaran Islam banyak menawarkan mengenai persoalan nilai personal yang menjadi keutamaan untuk nilai sosial sehingga masyarakat dapat hidup bersama dengan desain terbaiknya.
Mengajak masyarakat menaruh etika sosial sebagai nilai tertinggi sehingga begitu mudah untuk memahami bahwa kehidupan yang beragam, pluralistik adalah fakta yang tidak bisa dihindari agar toleransi berjalan sebagai realisasi etika sosial yang diajarkan banyak sekali dalam tata nilai Islam. Terlalu terobsesi dengan identitas agama sendiri, sehingga mengalami konflik dengan agama yang berbeda merupakan tantangan sendiri dalam etika sosial Islam. Merubah sudut pandang, lalu berusaha lebur dalam kerangka etika bersama (common ethical framework) yang bersumber pada kekayaan nilai agama dan budaya akan mendorong bahwa nilai etika sosial dalam Islam menjadi pendorong etika kewargaan (ethics of citizenship) dalam upaya menaruh nilai-nilai itu 'di keranjang' keragaman, hak-hak dasar, rasisme, korupsi, dan sebagainya sehingga secara tidak langsung membantu untuk memulihkan masalah internasional: krisis ekonomi, pemanasan global, dan ketimpangan ekonomi sosial: utara selatan, negara maju dan miskin.
Ajaran Islam punya peran kuat dalam konteks Indonesia untuk menjadi titik tumbuhnya kewargaan yang sehat yang merefleksikan keragamanan. Islam dikenal dengan konsep tidak ada paksaan untuk agama, sehingga konsep ini akan memberikan inklusivitas dalam keragaman. Sebuah model yang sedang berproses dalam masyarakat Indonesia.
Dalam literatur Islam banyak sekali pesan dan peran sosial baik dalam sejarah Islam dari masa ke masa atau dalam teks-teks yang merupakan kekayaan Islam. Maka karena itu peran itu bisa ditonjolkan sebagai 'sang mayoritas' yang melindungi minoritas, 'sang mayoritas' yang paling depan membasmi korupsi, dan 'sang mayoritas' yang 'benci' dengan rasisme, dan 'sang moyoritas' yang memperjuangkan hak-hak dasar. Dengan demikian, nilai-nilai Islam dapat bekerja dalam ruang publik secara inklusif. Artinya masyarakat muslim hadir dalam peran kritisnya memberikan pandangan dan berbuat dalam membentuk masa depan dengan narasi untuk semua kalangan yang ada di lingkungannnya.
Krisis saat ini yang ada dalam masyarakat merupakan tantangan bagi muslim untuk memberikan ruang besar baginya tentang bagaimana nilai etika sosial yang dianut dapat menjadi senjata ampuh. Caranya dengan membangun kewargaan (common citizenship) menjadi sebuah makna kemanusiaan (common humanity).
Selamat menempuh puasa Ramadan, bulan dimana wangi semerbak dengan kemanusiaan yang utuh.
Tulisan Terkait:
0 komentar :
Post a Comment