Breaking News
Loading...

Media News

Tech News

Random Post

Recent Post

2013-10-24
no image

Mamfaat Buah Pohon Berambang

M Syamsuri aktivis PRCF Menunjukan pohon Berembang dikawasan hutan manggrove TWA Sungai Liku di desa Nibung kec Paloh. - Doc : LPSAIR
BCC. Pohon Berambang (Sonneratia Caseolaris) Pohon berukuran kecil hingga sedang, tinggi sekitar 15 m dan jarang-jarang mencapai 20 m. Tajuk renggang dengan ranting-ranting menggantung di ujung. Serta dengan banyak akar napas yang besar muncul vertikal di sekeliling batangnya, kadang-kadang hingga beberapa meter jauhnya dari batang.
Kerap didapati di hutan-hutan bakau di bagian yang bersalinitas rendah dan berlumpur dalam, di sepanjang tepian sungai dan juga di rawa-rawa yang masih dipengaruhi pasang-surut air laut. Buah pidada terapung dan dipencarkan oleh aliran air
Potensi buah Sonneratia Caseolaris atau buah berambang di kawasan hutan manggrove TWA Sungai Liku di desa Nibung kec Paloh (Sambas ) sangat besar sekali.
”Banyak masyarakat belum mengetahui fungsi buah berembang,”ujar Syamsuri aktivis PRCF Indonesia.
“Manfaat buah berambang bise dibuat sirup, dodol, selai...daun muda (pucuk) bise di lalapan atau buat camporan pecel atau urap,”jelas Syamsuri.(1/10).
Dia mengharapkan, buah pohon, Berambang (Sonneratia Caseolaris) bisa dimamfaatkan untuk meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat disekitar kawasan hutan mangrove.
“Memang tanaman ini hanya tumbuh dikawasan-kawasan yang berlumpur,tetapi tipe hutan mangrove lain juga masih sangat banyak potensinya,”ujas Syamsuri.
Syamsuri menerangkan,pohon berembang di Kal-Bar terdapat dipesisir hutan mangrove Kec. Paloh Kab. Sambas dan pesisir Kec. Batu Ampar.(dh/jw)

Copyright © LPSAIR 2013 - Borneoclimatechange
no image

Deklarasi Gapoktan Semangai: Wujud Optimisme Petani Karet di Kapuas Hulu

Penandatanganan Deklarasi Semangai. - Doc : LPSAIR
KAPUAS HULU – Sejumlah petani karet di Desa Tanjung, Kecamatan Mentebah, Kabupaten Kapuas Hulu mendeklarasikan secara resmi berdirinya Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) pada September lalu (27/9) dengan nama Gapoktan Semangai. Disaksikan oleh sejumlah aparat desa, ketua dan tokoh adat setempat, kepala dusun (3 dusun) dan sekitar 35 orang perwakilan dari 3 kelompok tani karet se-Desa Tanjung, serta perwakilan dari WWF-Indonesia Program Kalimantan Barat.  
Gerakan para petani karet ini didasari oleh adanya kesadaran bahwa mutu bahan olah karet rakyat (bokar) sangat menentukan daya saing karet alam Indonesia. Kepala Desa Tanjung, P. Dingo, mengatakan dengan mutu bokar yang baik akan terjamin permintaan pasar jangka panjang.
“Maka dari itu lah, upaya perbaikan mutu bokar harus dimulai dari penanganan di kebun, pengangkutan, sampai di tahap penyimpanan dan pengolahan akhir,” ungkapnya.
Dikatakan pula oleh pendamping petani dari WWF-Indonesia Program Muller Scwhaner, Uray M. Hasbi,  bahwa 2 tahun lalu saat pertama kali datang ke Desa Tanjung, ditemukan fakta bahwa sistem pemasaran karet rakyat umumnya belum terorganisasi dengan baik dan kurang efisien. Hal itu disebabkan karena lokasi kebun karet rakyat yang tersebar dalam luasan yang sempit, rantai pemasaran yang panjang, dan mutu bokar yang rendah serta beragam.
“Data awal kita mengatakan bahwa umumnya bokar atau kulat yang dihasikan masyarakat Desa Tanjung masih didasarkan atas berat basah, sehingga bokar yang diperdagangkan hanya berkadar 40 – 50 %, selebihnya adalah air dan kotoran. Kondisi ini akan menyebabkan biaya angkut yang tinggi dan ada resiko susut yang harus ditanggung oleh pengumpul, dan pada akhirnya berpengaruh terhadap harga yang diterima petani. Artinya, dengan semakin besarnya biaya dan jasa pemasarannya, maka harga yang diterima petani semakin rendah,” papar Hasbi.
WWF-Indonesa mencoba membangun kesadaran dan kapasitas petani di Desa Tanjung melalui pengembangan dan penguatan 3 kelompok tani.
“Para petani didorong untuk melakukan sekolah lapang karet sejak pertengahan tahun 2012, kemudian ditindaklanjuti dengan pengembangan pusat belajar pembibitan karet unggul, dan pada bulan Agustus 2013 lalu dilakukan Studi Potensi Produksi Karet Se-Desa Tanjung, dan terakhir di bulan September tahun ini juga dilakukan pelatihan tentang bagaimana petani dapat membuat standar sendiri tentang karet bersih kelas satu yang sesuai permintaan pasar dan aturan yang ada,” jelas Hasbi lagi.
Gapoktan Semangai sendiri lahir dengan tujuan sebagai penyedia (produsen) karet bersih menurut standar, menjadi mitra para pihak (pemerintah, perusahaan, LSM, pemerintah desa dan perorangan) dalam mewujudkan Gerakan Nasional Bokar Bersih (GNBB) yang diberlakukan oleh Kementerian Pertanian sejak tahun 2009, dan menjadi lembaga pemasaran bersama karet bersih yang berasal dari Desa Tanjung dan sekitarnya.
Ketua Gapoktan Semangai, P. Sabang, mengatakan bahwa salah satu cita-cita Gapoktan Semangai adalah menjadikan Gapoktan ini sebagai lembaga pemasaran melalui fungsi pemasaran bokar bersih.
”Cita-cita kelompok ini adalah petani bisa mempunyai akses langsung ke pihak pabrik pengolahan karet, terhadap produksi karet/kulat bersih melalui skema pemasaran bersama,” jelasnya.
Para petani karet bertekad akan melakukan pengumpulan, penyimpanan, pengangkutan dan pengolahan karet bersih dengan cara membuat standarisasi di lingkup internal petani yang mengacu pada Permentan Nomor 38 tahun 2008 tentang Pedoman Pengolahan dan Pemasaran Bahan Olah Karet (Bokar); dan Permendag Nomor 53 tahun 2009 tentang Pengawasan Mutu Baha Olah Komoditi Ekspor Standard Indonesia Rubber (SIR) yang Diperdagangkan.
Melihat tingginya semangat masyarakat Desa Tanjung ini, ketua adat setempat, Nyalong, secara khusus menggelar tradisi melantunkan syair lama (manimang) di akhir kegiatan sebagai tanda syukur dan ucapan terima kasih kepada semua yang terlibat dalam kegiatan ini. Ia manimang sekitar 10 menit, dan ketika ditanya apa isi dari lantunan syair tersebut ia mengatakan bahwa ia merasa terharu karena setelah usianya menginjak 50 tahun baru mendapat bimbingan pengetahuan tentang budidaya karet (unggul dan lokal).
”Saya terharu, setelah mengenal tanaman karet sejak kecil, baru sekaranglah saya dapat bimbingan bagaimana cara membuat (red. budidaya), memelihara dan memanen karet dengan baik,” kata Nyalong berkaca-kaca.
Ia pun menghimbau kepada Bupati Kapuas Hulu untuk mendukung program budidaya karet rakyat yang sedang berjalan ini.(releases)

Copyright © LPSAIR 2013 - Borneoclimatechange
2013-10-07
no image

Dinding SMPN 1 Sandai Bolong


TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KETAPANG - Hampir tiap daerah memiliki sekolah favorit begitu juga di Kecamatan Sandai Kabupaten Ketapang. Namun, Sekolah Menegah Pertama Negeri (SMPN) 1 Sandai yang menjadi sekolah favorit para siswa ini mulai rusak.
Sekolah SMPN tertua di Sandai pada tingkat menegah pertama ini dibangun pada 1964 sehingga kondisi ruangannya saat ini ada yang memprihatinkan. Terutama bangunan di tegah sekolah yang dijadikan satu ruang belajar dan lab dindingnya berlubang-lubang.
Dinding SMPN 1 Sandai Bolong"Kondisi bangunnya sudah mulai rusak, kalau dilihat penataannya semeraut. Penataan jaman dulu yang membangun ruangan ditegah-tegah sekolah sehingga tidak bisa digunnakan untuk upacara. Sebab itu kita butuh rehab lebih dari 50 persen, kalau perlu dibangun baru dan ditingkatkan," ungkap Kepala SMPN 1 Sandai, Drs Supran M Mpd saat ditemui wartawan di sekolahnya, Jumat (4/10/2013) kemarin.
"Tiap tahun banyak yang masukkan lamaran dan ingin melanjutkan sekolahnya ke SMPN 1 ini. Tapi karena ruang kelasnya tidak cukup sehingga ratusan pelamar kita tolak," lanjutnya lagi.
Menurutnya saat ini di sekolahnya itu sudah ada lebih kurang 420 peserta didik. Namun gurunya hanya 20 orang yaitu 10 Pegawai Negeri Sipil, dua kontrak, delapan honorer dan tiga staf TU. Serta 11 ruangan kelas belajar, satu ruang guru, satu ruang TU, lima toilet siswa, dua toilet guru dan satu ruang lab.
"Satu toilet guru dan ruang leb sudah tidak berfungsi, sudah tidak bisa digunakan. Saya harap sekolahan ini secepatnya dapat diperbaiki, gurunya segera ditambah," harapnya.
Guru olahraga SMPN 1 Sandai, Hamadi mengatakan dinding sekolah yang berlubang itu sudah lama. Menurutnya ketika ia mulai mengajar sejak tiga tahun silam kondisi itu memang sudah ada. Bahkan kondisi kerusakannya menurutnya semakin tahun semakin bertambah parah.
Penulis: subandi
Editor: Jamadin
2013-09-05
no image

Harga Gabah di Polewali Mandar Anjlok

Harga Gabah di Polewali Mandar Anjlokilustrasi (foto: Antara)
 
 
KBR68H, Polewali Mandar – Harga gabah petani di Polewali Mandar, Sulawesi Barat, anjlok hingga Rp 300 ribu per 100 kilogram. Penurunan harga ini diduga disebabkan Bulog tidak lagi membeli beras petani karena gudang miliknya penuh. 

Salah satu penyuluh pertanian (PPL), Muhammad Tamrin mengatakan, harga gabah petani turun drastis dari musim panen sebelumnya. Hal ini juga membuat petani resah.

"Katanya itu Bulog sudah tidak terima karena gudang sudah penuh, alasannya pembeli tengkulak-tengkulak. Jadi petani itu sangat resah kasihan karena harga gabah pertama itu sangat mahal kenapa turun drastis sekali," ujarnya.

Muhammad Tamrin menambahkan, pemerintah harus menstabilkan harga dengan menindak tegas para pembeli atau pengumpul yang menetapkan harga sepihak. Selain itu, operasi alat ukur atau timbangan dan larangan menimbang pada malam hari juga harus kembali dilakukan. Pasalnya turunnya harga juga berakibat biaya produksi pertanian juga membengkak. 

Sementara itu, Direktur LBH Sulawesi Barat, Abdul Kadir meminta Unit Pengolahan Gabah Bulog (UPGB) Sub Divre Polmas difungsikan. Ini bertujuan agar hasil panen petani bisa ditampung. 

Kata dia, keberadaan UPGB Sub Divre Bulog Polmas salah satu tujuannya untuk mengurangi kerugian petani dengan membeli gabah hasil panen setiap tahunnya. Hal ini bisa berakibat harga yang ditetapkan pemerintah tetap stabil dan kerugian petani bisa dikurangi.

Editor: Antonius Eko 

no image

Empat Ratus Daerah Belum Punya Lembaga Pemberantas Narkotika

 Empat Ratus Daerah Belum Punya Lembaga Pemberantas Narkotika ilustrasi (foto: Antara)
 
 
KBR68H, Balikpapan – Minimnya jumlah lembaga pemberantas peredaran narkotika di tingkat kota dan kabupaten bisa menghambat upaya pemberantasan peredaran narkotika di tanah air. 

Saat ini dari 500-an kabupaten/kota yang ada di Indonesia, baru 100 pemerintahan kabupaten/kota yang telah mendirikan lembaga pemberantas penyebaran narkotika. Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Anang Iskandar mengatakan masih ada 400-an pemerintahan kabupaten/kota yang belum mendirikan lembaga pemberantasan narkotika.

“Kondisi hari ini ada sekitar 100 BNK dari sekitar 500 kabupaten kota yang sekarang ini sudah eksis. Sekitar 400 menyusul, karena BNN sendiri lahir tahun 2009, jadi memang baru. Seiring dengan berjalannya waktu, Insya Allah nanti seluruh kabupaten kota semuanya itu ada Badan Narkotika Nasional, kabupaten kotanya,” kata Anang Iskandar.

Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Anang Iskandar menambahkan, pemberantasan narkoba bukan hanya dilakukan BNN. Sebab, berdasarkan instruksi Presiden semua kabuapten kota dan provinsi, kementerian dan non kementerian memiliki tanggungjawab yang sama untuk mencegah, memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN). 

Dia mencatat, pengguna narkoba di Indonesia terus meningkat hingga 100 ribu orang pertahun. Hingga kini ada sekitar 3,8 hingga 4 juta pengguna narkoba berusia dari 10 tahun hingga 59 tahun. Pengguna narkoba tertinggi adalah mereka yang berusia produktif.

Editor: Antonius Eko 

Back To Top